BIODEGRADASI MINYAK BUMI
Minyak bumi terbentuk sebagai hasil akhir dari
penguraian bahan-bahan organik (sel-sel dan jaringan hewan/tumbuhan laut) yang
tertimbun selama berjuta tahun di dalam tanah, baik di daerah daratan atau pun
di daerah lepas pantai. Hal ini menunjukkan bahwa minyak bumi merupakan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Terbentuknya minyak bumi sangat
lambat, oleh karena itu perlu penghematan dalam penggunaannya.
Di Indonesia, minyak bumi banyak terdapat di bagian
utara Pulau Jawa, bagian timur Kalimantan dan Sumatera, daerah kepala burung
Papua, serta bagian timur Seram. Minyak bumi juga diperoleh di lepas pantai
Jawa dan timur Kalimantan.
Minyak bumi kasar (baru keluar dari
sumur eksplorasi) mengandung ribuan macam zat kimia yang berbeda baik dalam
bentuk gas, cair maupun padatan. Bahan utama yang terkandung di dalam minyak
bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Minyak bumi mengandung senyawa
nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%. Terdapat sedikitnya
empat seri hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri
n-paraffin (n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4)
sampai aspal yang memiliki atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri
iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri
neptena (sikloalkana) yang merupakan komponen kedua terbanyak setelah n-alkana,
dan seri aromatik (benzenoid).
Komposisi senyawa hidrokarbon pada minyak bumi tidak
sama, bergantung pada sumber penghasil minyak bumi tersebut. Misalnya, minyak
bumi Amerika komponen utamanya ialah hidrokarbon jenuh, yang digali di Rusia
banyak mengandung hidrokarbon siklik, sedangkan yang terdapat di Indonesia
banyak mengandung senyawa aromatik dan kadar belerangnya sangat rendah.
Minyak bumi berdasarkan titik didihnya dapat dibagi
menjadi sembilan fraksi. Pemisahan ini dilakukan melalui proses destilasi.
Tabel Fraksi-fraksi minyak bumi
Permasalahan terjadi ketika produk minyak bumi yang
dimanfaatkann manusia memunculkan efek yang tidak diinginkan bagi manusia itu
sendiri ataupun bagi lingkungan sekitar. Sebagai contoh adalah produk minyak
bumi plastik, yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan karena sulit
didegradasi (memerlukan waktu yang lama untuk menghancurkannya). Belum lagi
bahaya tumpahan minyak bumi dalam jumlah besar di laut seperti yang terjadi
pada bulan Maret 1989 di dekat Prince William Sound, Alaska (11 juta galon
minyak bumi dari super tanker Exxon Valdex tumpah ke laut) yang menimbulkan
kerusakan berat ekosistem laut. Bahkan menurut catatan, biaya yang diperlukan
untuk membersihkan tumpahan minyak tersebut diduga mencapai 1,5 milyar dolar
Amerika Serikat.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan yang lebih
efektif dan efisien dalam mengatasi limbah yang ditimbulkan oleh produk minyak
bumi. Salah satu metode paling cepat adalah dengan degradasi minyak bumi yang
memanfaatkan mikroorganisme atau yang sering disebut biodegradasi.
Dekomposisi Minyak Bumi
Degradasi minyak bumi dapat
dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, beberapa khamir,
jamur, sianobakteria, dan alga biru. Mikroorganisme ini mampu menguraikan
komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan
menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Mikroorganisme ini
berpartisipasi dalam pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak
bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2). Sebagai
contoh, bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti
asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas
dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri
ini menguraikan minyak bumi.
Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang
dibagi berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen
minyak bumi yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit
didegradasi oleh mikroorganisme.
Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh
bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu
alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran
sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena
substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi
komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal.
Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan
komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi.
Hal ini menyebabkan bekteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit
dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang
memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen
minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi
komponen minyak bumi yang mudah didegradasi.
Jenis Hidrokarbon yang Didegradasi Mikroba
1. Hidrokarbon Alifatik
1. Hidrokarbon Alifatik
Mikroorganisme pedegradasi
hidrokarbon rantai lurus dalam minyak bumi ini jumlahnya relatif kecil
dibanding mikroba pendegradasi hidrokarbon aromatik. Di antaranya adalah
Nocardia, Pseudomonas, Mycobacterium, khamir tertentu, dan jamur.
Mikroorganisme ini menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya. Penggunaan
hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan oksigen).
Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak
didegradasi oleh mikroba (sebagai pengecualian adalah bakteri pereduksi
sulfat).
Langkah pendegradasian hidrokarbon
alifatik jenuh oleh mikroorganisme meliputi oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom
oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi. Reaksi lengkap dalam proses ini
terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Reaksi degradasi hidrokarbon alifatik
2. Hidrokarbon Aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai
donor elektron secara aerobik oleh mikroorganisme seperti bakteri dari genus
Pseudomonas. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan pembentukan
Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan
dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi senyawa
yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat,
asetil KoA, dan piruvat. Gambar 2 menunjukkan reaksi perubahan senyawa benzena
menjadi catechol.
Gambar 2. Reaksi degradasi hidrokarbon aromatik
Faktor Pembatas Biodegradasi
Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan
pertumbuhannya sampai minyak bumi didegradasi secara sempurna bergantung pada
suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seorang
ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen tetap merupakan
nutrien yang paling penting untuk degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan
mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan seperti temperatur dan pH. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai
menyebabkan mikroba ini tidak aktif bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai
contoh, penambahan nutrien anorganik seperti fosfor dan nitrogen untuk area
tumpahan minyak meningkatkan kecepatan bioremediasi secara signifikan.
Enzim
Berpartisipasi dalam Degradasi Hidrokarbon
Sitokrom P450
hydroxylases alkana merupakan keluarga super di mana-mana monooxygenases
Heme-tiolat yang memainkan peran penting dalam degradasi mikroba minyak,
hidrokarbon diklorinasi, aditif bahan bakar, dan banyak senyawa lainnya.
Tergantung pada panjang rantai, sistem enzim yang diperlukan untuk
memperkenalkan oksigen dalam substrat untuk memulai biodegradasi. Eukariota
lebih tinggi umumnya mengandung beberapa keluarga P450 yang berbeda yang
terdiri dari sejumlah besar bentuk P450 individu yang dapat berkontribusi
sebagai sebuah ensemble dari isoform dengan konversi metabolisme diberikan
substrat. Dalam mikroorganisme multiplisitas P450 tersebut hanya dapat ditemukan
di beberapa spesies. Sitokrom P450 sistem enzim ditemukan terlibat dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi . Kemampuan beberapa spesies ragi untuk
menggunakan n-alkana dan hidrokarbon alifatik lainnya sebagai satu-satunya
sumber karbon dan energi dimediasi oleh keberadaan beberapa mikrosomal bentuk
sitokrom P450. Enzim sitokrom P450 telah diisolasi dari spesies ragi seperti
Candida maltosa, Candida tropicalis, dan Candida apicola . Keragaman sistem
alkaneoxygenase di prokariota dan eukariota yang secara aktif berpartisipasi
dalam degradasi alkana dalam kondisi aerobik seperti enzim sitokrom P450,
membran terpisahkan di-besi alkana hydroxylases (misalnya, alkB), larut
monooxygenases metana di-besi, dan membran-terikat tembaga yang mengandung
metana monooxygenases telah dibahas oleh Van Beilen dan Funhoff.
PERMASALAHAN
Berdasarkan artikel diatas, biodegradasi minyak bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, beberapa khamir, jamur, sianobakteria, dan alga biru, yang juga melibatkan enzim. Menurut beberapa peneliti, mikroba yang dimanfaatkan sebagai pendegradasi harus mampu menghasilkan enzim oksigenase yang dapat mengoptimalkan hubungan permukaan sel mikroba dengan bahan pencemar melalui interaksi hidrofobik. Maka bagaimanakah cara agar mikroba yang digunakan dapat menghasilkan enzim untuk biodegradasi (oksigenase) agar lebih optimal?
PERMASALAHAN
Berdasarkan artikel diatas, biodegradasi minyak bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, beberapa khamir, jamur, sianobakteria, dan alga biru, yang juga melibatkan enzim. Menurut beberapa peneliti, mikroba yang dimanfaatkan sebagai pendegradasi harus mampu menghasilkan enzim oksigenase yang dapat mengoptimalkan hubungan permukaan sel mikroba dengan bahan pencemar melalui interaksi hidrofobik. Maka bagaimanakah cara agar mikroba yang digunakan dapat menghasilkan enzim untuk biodegradasi (oksigenase) agar lebih optimal?
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Pada kasus ini enzim yang bekerja dinamakan enzim regulatori.Dalam pengertiannya, enzim regulator adalah enzim yang berada dalam jalur reaksi biokimia yang bekerja bersama-sama dalam rangkaian metabo- lisme. Enzim ini berada pada konsentrasi yang tinggi (Vmaks rendah), sehingga aktivitas enzim ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsentrasi subtrat. Dalam sistem multienzim.
BalasHapusEnzim pada biodegradasi ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang relatif spesifik.
Assalamualaikum..
BalasHapussaya mencoba menjawab pertanyaan saudari..
Selama terjadi reaksi kimia dalam biodegradasi minyak bumi, diperlukan adanya suatu bahan yang berperan dalam mengatur waktu untuk terjadinya reaksi yaitu enzim. Enzim tersebut diperlukan untuk mempercepat terjadinya reaksi kimia (katalis), sehingga enzim disebut sebagai katalisator.
Reaksi kimia yang dikatalis oleh enzim, menunjukkan bahwa reaksi tersebut membutuhkan energi untuk reaksi lebih sedikit dibanding reaksi yang tidak dikatalis oleh enzim. Oleh karena itu, enzim berperan penting dalam menurunkan energi aktivasi untuk memulai suatu reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan sangat cepat, efisien, dan tidak menimbulkan suhu yang tinggi.
Produksi surfaktan oleh bakteri berfungsi untuk meningkatkan hasil biodegradasi cemaran minyak mentah karena surfaktan mampu memperluas permukaan minyak dengan air melalui pembentukan mikroemulsi dan ketersediaan biologis untuk keperluan metabolisme mikroorganisme. Penambahan jumlah inokulum bakteri penghasil biosurfaktan diketahui dapat menaikkan
Tingkat degradasi dan menyebabkan terdegradasinya senyawa alifatik, senyawa aromatik dan sikloalkana yang diketahui sulit terdegradasi. Hal lain mungkin disebabkan karena enzim yang dihasilkan lebih bervariasi dalam jenis dan tingkat penguraian serta jumlah enzim yang lebih banyak dibanding dengan biakan tunggal sehingga penguraian lebih cepat.
Dari penjelasan diatas dapat saya simpulkan bahwa cara kerja enzim pada proses ini adalah dengan cara menurunkan energi aktivasi untuk memulai suatu reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan sangat cepat, efisien, dan tidak menimbulkan suhu yang tinggi.Dan hubungan antar enzim dan mikroorganisme bahwasannya mikroorganisme tersebutlah yang mengahsilkan enzim sehingga terjadinya proses biodegradasi…
Semoga membantu :)
Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda, menurut artikel yang saya baca, sama seperti apa yang telah dikatakan saudari Vivie sebelumnya bahwa bioremediasi itu sendiri merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri.
BalasHapusEnzim sendiri pada proses bioremediasi ini berfungsi mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2. Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi. Enzim yang dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi degradasi, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan.
Semoga membantu,,